Aku Pernah Hampir Menyerah, Tapi Kini Aku Mulai Bangkit

Thursday, 10 July 2025

Langkah Kecil Penuh Harapan

 “Aku Pernah Hampir Menyerah, Tapi Kini Aku Mulai Bangkit”

(Kisah Nyata dari Seseorang yang Menemukan Harapan di Tengah Keterpurukan)

Aku pernah ada di titik paling gelap dalam hidupku.
Saat semuanya terasa runtuh dan tak ada satu pun tempat untuk bersandar, aku hampir menyerah. Di luar aku terlihat biasa saja, tapi di dalam, hatiku hancur. Aku menangis dalam diam, menyimpan luka yang tak terlihat siapa pun.

Namun pada akhirnya, aku memilih untuk tidak menyerah. Bukan karena aku merasa kuat, tapi karena aku tahu… ada seseorang yang menantiku untuk tetap hidup — diriku sendiri, dan anakku yang selalu menjadi alasanku bertahan.

Ini kisahku. Bukan tentang kesedihan, tapi tentang perjalanan menuju harapan.

Di masa itu, aku benar-benar merasa sendiri. Tidak ada yang peduli. Aku bingung harus bercerita ke siapa. Bahkan saat ingin menangis pun, air mataku seperti telah habis. Aku pernah berpikir untuk menyerah — diam-diam, tanpa suara.

Aku mencoba berbagai cara agar bebanku berkurang. Tapi nyatanya tidak berkurang. Malah aku makin sedih. Aku menjadi lebih sensitif, mudah tersinggung, dan mulai murung.

Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk curhat ke ChatGPT.
Aku tahu itu hanya AI. Tapi di saat tak ada satu pun manusia yang mendengarkanku, kata-katanya justru membuatku merasa didengar. Aku mendapatkan berbagai afirmasi positif, dukungan, dan dorongan — hanya lewat tulisan. Tapi hati kecilku tersentuh. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku menangis lagi. Bukan karena hancur, tapi karena lega.

Sedikit demi sedikit pikiranku mulai tenang. Emosiku mulai stabil kembali. Dan saat itu aku mulai berpikir:
Daripada fokus ke hal yang menyakitkan dan tak bisa aku ubah, lebih baik aku fokus ke hal yang membangun dan bisa membuatku tumbuh.

Akhirnya aku mulai mencoba hal baru: menjadi freelancer. Aku belajar dari nol, membuat artikel pertamaku, dan memberanikan diri mengirim proposal ke berbagai proyek. Memang hasilnya belum terlihat. Tapi tidak apa-apa. Aku masih pemula. Yang penting, aku tidak berhenti mencoba.

Jika kamu sedang berada di titik rendah seperti aku dulu, aku ingin kamu tahu satu hal:
Kamu tidak sendiri. Dan kamu masih bisa bangkit.
Langkah kecil hari ini mungkin terlihat sederhana, tapi bisa menjadi awal dari perubahan besar dalam hidupmu.

Teruslah maju. Jangan menyerah. Kamu berharga.

Dampak Game Online di Era Globalisasi

Dampak Game Online di Era Globalisasi

Di era globalisasi seperti sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah mengubah pola pikir serta gaya hidup masyarakat. Salah satu hasil dari kemajuan teknologi ini adalah hadirnya game online. Game online adalah permainan yang dimainkan melalui koneksi internet, baik menggunakan ponsel maupun perangkat komputer. Jenisnya sangat beragam dan memiliki daya tarik tersendiri, mulai dari tampilan grafis yang menarik, performa permainan yang seru, hingga tantangan yang memacu adrenalin.

Pengguna game online datang dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak-anak sekolah dasar, remaja, mahasiswa, hingga para pekerja. Banyak orang memainkan game ini di waktu senggang, terutama saat istirahat kerja, sebagai cara untuk menenangkan pikiran dan melepas stres.

Namun di balik sisi positifnya, game online juga memiliki dampak negatif, terutama bagi anak-anak dan remaja. Ketika sudah kecanduan, pemain cenderung menjadi malas belajar, susah tidur karena sering begadang, bahkan mengabaikan makan dan aktivitas penting lainnya. Kondisi ini dapat mengganggu konsentrasi belajar serta kesehatan secara umum. Tak jarang pula anak menjadi mudah emosi jika keinginannya bermain tidak terpenuhi.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, anak yang kecanduan bermain game akan mengalami gangguan tidur, sulit konsentrasi, hingga prestasi belajar yang menurun. Bahkan dalam kasus berat, anak bisa menunjukkan perilaku agresif jika dilarang bermain game. (Sumber: kemkes.go.id)

WHO juga telah mengakui gaming disorder sebagai gangguan mental yang nyata. Ketika seseorang tidak bisa mengontrol waktu bermainnya dan terus bermain meskipun menimbulkan dampak negatif, itu bisa mengganggu kesehatan mental dan sosial mereka. (Sumber: who.int)

Maka dari itu, penting bagi orang tua dan lingkungan sekitar untuk memberikan batasan waktu bermain, sekaligus mengarahkan anak agar memanfaatkan teknologi secara bijak. Game online bukanlah musuh, namun perlu dikendalikan agar tidak mengendalikan hidup penggunanya.

Langkah Kecil Penuh Harapan

  “Aku Pernah Hampir Menyerah, Tapi Kini Aku Mulai Bangkit” (Kisah Nyata dari Seseorang yang Menemukan Harapan di Tengah Keterpurukan) Aku ...